Selamat Datang di Blog yang Sederhana ini

Selamat Datang di Blog yang Sederhana ini

Selasa, 10 April 2012

Taksonomi

Taksonomi

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Hampir semua -- benda bergerak, benar diam, tempat, dan kejadian -- dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.

Taksonomi dalam biologi
Dalam biologi, taksonomi disebut juga klasifikasi atau sistematika. Sistem yang dipakai adalah penamaan dengan dua sebutan atau binomial nomenclatur, yang diusulkan oleh Karl von Linne (Latin: Carolus Linnaeus), seorang naturalis berkebangsaan Swedia.
Ia memperkenalkan enam hierarki (pemeringkatan) untuk mengelompokkan semua organisme hidup. Keenam hierarki (yang disebut takson) itu berturut-turut (dari tertinggi hingga terendah, istilah dalam kurung adalah usulan untuk penggunaan dalam bahasa Indonesia): Phylum (Filum), Class (Kelas), Ordo (Bangsa), Familia (Suku), Genus (Marga), dan Species (Jenis). Untuk tumbuh-tumbuhan, istilah Divisium sering dipakai untuk menggantikan Phylum.
Dalam binomial nomenclatur, penamaan suatu jenis cukup hanya menyebutkan nama marga (selalu diawali dengan huruf besar) dan nama jenis (selalu diawali dengan huruf kecil) yang dicetak miring (dicetak tegak jika naskah utama dicetak miring) atau ditulis dengan garis bawah. Aturan ini tidak akan ambigu karena nama marga tidak boleh sama untuk tingkatan takson lain yang lebih tinggi.
Perkembangan lebih lanjut memaksa dibuatnya takson baru di antara keenam takson yang sudah ada (memakai awalan sub-) dan juga takson di bawah tingkat jenis (infraspesies) (Varietas dan Forma). Dibuat pula satu takson di atas Phylum (disebut Regnum (harafiah Kerajaan) untuk membedakan Prokariota (Archaea dan Bacteria) dan Eukariota (Mycota, Plantae atau Tumbuhan, dan Animalia Hewan).
  1. Klasifikasi: penyusunan kelompok-kelompok tumbuhan ke dalam suatu tingkatan taksonomi berdasarkan sifat-sifat tertentu. Ada tiga sistem pengelompokan dalam tumbuhan yaitu:
    1. Artificial atau buatan, biasanya hanya dibuat untuk tujuan yang spesifik dan hanya berdasarkan satu atau sedikit karakter pembeda seperti habit, warna, bentuk dll.
    2. Phenetic (fenetik), berdasarkan kesamaan sifat (numerical)
    3. Phylogenetic (filogenetik), berdasarkan hubungan kekerabatan (evolusi)
Klasifikasi ini juga termasuk determinasi suatu posisi atau tingkat (rank) untuk taksa baru maupun taksa terdahulu yang telah mengalami revisi, baik digabung, dipisah, dipindah maupun diganti tingkatnya.\
  1. Identifikasi, yaitu determinasi suatu nama untuk suatu specimen. Sistem identifikasi ini biasanya juga berupa kunci dichotomous yang terdiri dari pernyataan pertanyaan yang bertolak belakang atau kontras.
  2. Deskripsi, adalah penjabaran karakter-karakter atau ciri-ciri suatu takson. Biasanya digunakan untuk membedakan suatu takson dengan taksa yang lainnya.
  3. Tatanama (Nomenclature), suatu sistem aturan yang jelas dan bersifat universal yang digunakan oleh semua ahli botani di dunia untuk menamakan tumbuhan yang tertuang dalam Kode Internasional untuk Tatanama Tumbuhan (International Code of Botanical Nomenclature, ICBN).
Kegiatan-kegiatan taksonomi umumnya akan menghasilkan tiga macam keluaran yaitu:
  • Monograf, penelitian detail dari takson tertentu misalnya marga, anak marga, seksi, jenis dll. Umumnya berisi deskripsi lengkap takson tersebut, distribusi, kunci identifikasi dan informasi lainnya seperti jumlah kromosom, data ekologi atau data sejarah takson tersebut.
  • Floristik, mencakup inventarisasi dan manual tumbuhan yang terdapat di suatu daerah (region).
  • Biosistematika atau evolusi, metode terkini untuk meneliti hubungan kekerabatan antar taksa. Sering juga merupakan bagian dari penelitian monograf.
Sebagai salah satu ilmu botani yang tertua, studi taksonomi mempunyai nilai penting yang tidak sedikit. Adapun beberapa manfaatnya antara lain:
  • Untuk meningkatkan pengetahuan kita mengenai suatu jenis dan menyediakan suatu metode untuk pembuatan informasi katalog, khususnya jenis-jenis yang terancam kepunahan.
  • Meningkatkan pemahaman tentang evolusi dan proses-prosesnya, serta biologi.
  • Mempunyai nilai prediktif, misalnya jika dua tumbuhan mempunyai kekerabatan yang dekat (misal satu marga) dan salah satunya adalah sumber obat-obatan, maka kemungkinan tumbuhan yang satunya berpotensi sebagai bahan obat juga.
  • Mempunyai nilai praktis, apakah suatu tumbuhan itu berpotensi sebagai bahan pangan, beracun, obat-obatan.
Selain manfaat-manfaat di atas, dalam kaitannya dengan fungsi konservasi, studi taksonomi dapat menjadi basis dan sumber informasi dalam penentuan status jenis yang akan dikonservasi. Sejalan dengan tugas dan fungsi tersebut, PKT Kebun Raya telah membentuk tiga kelompok penelitian yaitu kelti ekologi dan konservasi, hortikultura dan taksonomi, dengan SK Kepala PKT – Kebun Raya Bogor No. 1531/IPH.3/KP/2006 Tanggal 9 Oktober 2006.

Tatanama binomial

Tatanama binomial (binomial berarti 'dua nama') merupakan aturan penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Awam seringkali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali memberi pertelaan atau deskripsi (disebut deskriptor) lalu dilatinkan.
Penamaan organisme pada saat ini diatur dalam Peraturan Internasional bagi Tatanama Botani (ICBN) bagi tumbuhan, beberapa alga, fungi, dan lumut kerak, serta fosil tumbuhan; Peraturan Internasional bagi Tatanama Zoologi (ICZN) bagi hewan dan fosil hewan; dan Peraturan Internasional bagi Tatanama Prokariota (ICNP). Aturan penamaan dalam biologi, khususnya tumbuhan, tidak perlu dikacaukan dengan aturan lain yang berlaku bagi tanaman budidaya (Peraturan Internasional bagi Tatanama Tanaman Budidaya, ICNCP).

Aturan penulisan

  • Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama ("epitet" dari epithet) genus di awal dan nama ("epitet") spesies mengikutinya.
  • Nama genus SELALU diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase) dan nama spesies SELALU diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).
  • Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya, suatu teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada judul suatu naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf kapital semua) kecuali untuk hal berikut:
1. Pada teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis dengan huruf miring (huruf italik), dan sebaliknya. Teladan: Glycine soja, Pavo muticus. Perlu diperhatikan bahwa cara penulisan ini adalah konvensi yang berlaku saat ini sejak awal abad ke-20. Sebelumnya, seperti yang dilakukan pula oleh Carolus Linnaeus, nama atau epitet spesies diawali dengan huruf besar jika diambil dari nama orang atau tempat.
2. Pada teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang terpisah untuk nama genus dan nama spesies.
  • Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari deskriptor boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika tulisan tangan). Jika suatu spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Teladan: Glycine max Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978) — yang terakhir semula dimasukkan dalam genus Fringilla, sehingga diberi tanda kurung (parentesis).
  • Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah biasanya menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung.
Teladan pada suatu judul: "PENGUJIAN DAYA TAHAN KEDELAI (Glycine max Merr.) TERHADAP BEBERAPA TINGKAT SALINITAS". (Penjelasan: Merr. adalah singkatan dari deskriptor (dalam contoh ini E.D. Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk menggambarkan Glycine max. Nama Glycine max diberikan dalam judul karena ada spesies lain, Glycine soja, yang juga disebut kedelai.).
  • Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik lalu nama spesies secara lengkap. Teladan: Tumbuhan dengan bunga terbesar dapat ditemukan di hutan-hutan Bengkulu, yang dikenal sebagai padma raksasa (Rafflesia arnoldii). Di Pulau Jawa ditemukan pula kerabatnya, yang dikenal sebagai R. patma, dengan ukuran bunga yang lebih kecil.
Sebutan E. coli atau T. rex berasal dari konvensi ini.
  • Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jika nama spesies tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan. Singkatan "spp." (zoologi dan botani) merupakan bentuk jamak. Teladan: Canis sp., berarti satu jenis dari genus Canis; Adiantum spp., berarti jenis-jenis Adiantum.
  • Sering dikacaukan dengan singkatan sebelumnya adalah "ssp." (zoologi) atau "subsp." (botani) yang menunjukkan subspesies yang belum diidentifikasi. Singkatan ini berarti "subspesies", dan bentuk jamaknya "sspp." atau "subspp."
  • Singkatan "cf." (dari confer) dipakai jika identifikasi nama belum pasti. Contoh: Corvus cf. splendens berarti "sejenis burung mirip dengan gagak (Corvus splendens) tapi belum dipastikan sama dengan spesies ini".
  • Penamaan fungi mengikuti penamaan tumbuhan.
  • Tatanama binomial dikenal pula sebagai "Sistem Klasifikasi Binomial".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar